komitmen baru

Jumat, 27 Agustus 2010

Kalau aku boleh jujur

I 
Ingin aku sebenarnya menjadi langit yang mampu memayungi siapa saja, memandang siapa saja, untuk siapa saja. namun apakah aku mampu? jujur aku masih sering jadi insan yang amat sangatt egois. untuk hal-hal tertentu aku tak ingin dan tak berminat untuk berbagi. kalaupun ada orang yang menilai aku terlalu egois, itu semua ku akui apa adanya.
kalau aku boleh jujur, betapa nikmatnya menjadi dahan dan daun. berbuat untuk orang banyak tanpa meminta imbalan. bahkan memberikan bagian-bagian hidupnya untuk semua manusia.

Senin, 16 Agustus 2010

Masih Adakah Kesejukan

sejuk
segar
nyaman
masih adakah dalam diri kita masing-masing
kenikmatan yang senantiasa kita buru hingga ke ujung-ujung bukit
kita selusuri ke ujung-ujung lembah
kita raih-raih hingga ke pucuk-pucuk
kita rayapi hingga ke liang-liang

masih adakah kesejukan
yang kita damba
dengan segenap asa

bebaskan diri
dari ikatan mati
lepaskan diri
dari segala obsesi

Jumat, 13 Agustus 2010

Yakinkan diri

Semalam aku tak bisa telepon kamu, sudah terlalu malam. Walau rasa ini ingin sekali melakukannya, namun apa daya. Membaca permintaanmu, ungkapan-ungkapanmu membuatku semakin terpana. Ada resah yang bergayut. Ada sunyi yg mencekam. Tapi aku sengaja untuk tidak melakukannya. Apapun resikonya. Ponsel kumatikan semua, aku tahu itu akan membuatmu gelisah semalaman karena tak bisa menghubungnku. Pagi-pagi tak tahan aku kalau tak tahu beritamu, smsku tak terbalas, aku tahu, kau tak ada pulsa. Aku call sekedar ingin tahu kegiatanmu. Mendengar suaramu yang riang, aku suka sekali, apalagi ungkapan sayangmu lewat ciuman di telepon membuatku melayang-layang. Yang penting sebenarnya aku hanya ingin meyakinkan diri saja bahwa aku masih kau butuhkan. Aku terlalu berharap banyak padamu. Padahal aku sendiri tak bisa berbuat banyak untukmu. (9j9)

Melupakanmu sebuah dilema

Rasaku aku ingin mencoba undur diri darimu, tapi ternyata buat melupakanmu sejenak saja aku tak bisa. Apalagi membaca kata-katamu semalam. Aku sungguh merasa tak berarti sama skali, aku merasa kehadiranku sama sekali tak dikehendaki. Padahal aku hanya menyambut yang kau awali. Kau yang lebih dulu mengirim kabar, aku sekedar menjawab. Kalau aku menawarkan waktu buat telepon, jujur, aku rindu kamu. Tapi jawabanmu yang pendek tanpa rasa, membuatku nyeri. Sakit. Ingin aku menangis, tapi aku mencoba bertahan karena tentu akan ada yang lebih menyakitkan lagi, akan ada yang lebih nyeri lagi. Ketika kutuliskan ini, air mataku terurai. Jatuh sudah pertahananku selama ini untuk tidak menangis, tapi ternyata akhirnya tangisku meledak juga. Jika aku memang sudah tak dibutuhkan lagi, biarkan aku undur diri. Walau itu akn dirasa berat dan menyakitkan. Daripada beban di dada makin berat, nyeri, perih, menyesakkan. Ketika berita lain menyusul, ak penasaran apa yg terjadi denganmu? Ada nyeri yang menusuk, sakit. Aku yg selama ini selalu dicekam rasa bersalah, menjadi semakin salah. Sering aku merasa bila yg kuperbuat ini selalu membebanimu, mengganggumu, mengusikmu dalam setiap langkah. Kalaupun aku ditanya, aku sebenarnya tak ingin berada dalam situasi semacam ini. Betapa aku sangat membenci situasi yang telah membuatku tak menentu. Situasi yang tak jelas. Karena ulahku. Betapa sakit dan ngilunya hati ini, ketika harus menanti dan melihat sosok yang tak pasti. Kamu bilang seperti cinta tapi hambar. Aku sendiri tak tahu, apa yang sebenarnya kita rasakan. Apakah itu cinta, sayang atau sekedar hasrat ingin diperhatikan. Bersamamu aku mrasa dibutuhkan, merasa disayang, diperhatikan, walau sering kali aku merasa tak berguna. Merasa telah menjadi duri dalam daging, yang selalu menusuk-nusuk, menyakitkan tapi tak bisa dilihat dan diraba. Dalam setiap langkah, dalam setiap tarikan nafas, dalam setiap getar rasa, dalam setiap degub jantung, yang ada hanya dirimu. Kuakui aku telah berbagi, memberimu tempat yang istimewa di sisi hati, yang tak kan pernah terusik oleh yang lain. Kau mendapat tempat yang tersembunyi, yang tak setiap orang bisa menjangkaunya. Ini jugalah mungkin yang telah membuatku terlalu tergantung padamu. Karena aku tak mungkin meluapkan cerita tentang kita pada orang lain. Hanya seorang saja yang tahu isi sisi hatiku yang menjadi milikmu. Hingga bila aku terjerambab pada jurang rindu yang semakin dalam, hanya dirimu yang bisa menenangkan, dirimu yang menjadi pelampiasan, dirimu yang menjadi obatnya. Sering kali aku tak terkendali untuk dapat mendengar suaramu, membaca kalimat-kalimatmu. Seperti saat inipun, hatiku berdebar-debar ingin segera mendapat berita darimu. Aku ingin sekali menghubungimu, tapi aku tak punya daya. Hanya rasa takut yang mencekam, rasa sakit yang tertoreh kian dalam. Aku takut beritaku tak kamu kehendaki atau bahkan beritaku akan membuatmu makin terganggu. Yg.... apa yang harus kulakukan? Jika hati ini dilanda sunyi, aku hanya ingin menyepi, menumpahkan sgala isi hati yang berat menjadi beban, membuatku tersiksa, namun aku menikmatinya. Sungguh sunyi yg hadir mengharuskanku menyendiri, menikmati kata-kata yang pernah kau ungkapkan. Menjadikan semua itu semangat, walau lebih sering membuatku tak menentu dan selalu ingat kamu. Mungkin hal ini jugalah yang membuatku semakin tak bisa melupakanmu, karena aku selalu merasa dekat denganmu, lewat goresan-goresan yang menyilaukan. Membuatku lebih berarti dimatamu. Kau terlalu pandai membuatku makin bertekuk lutut dihadapanmu. Tak ada manusia yang tak suka disanjung kalau sanjungan itu tulus. Tak ada satupun insan yang tak suka bila merasa dibutuhkan, dibela, dilindungi, diperjuangkan. Benar katamu, aku bisa mati sedetik tanpa mu, ternyata akupun begitu. Karena dirimu telah masuk ke urat-urat nadiku, merasuk dalam hati dan perasaanku, telah bersatu dengan jantungku, telah menyatu dalam diriku menjadikan aku yang baru. Waktu brjalan begitu lamban ketika aku harus menanti kehadiranmu. Namun waktu akan berubah begitu cepat ketika aku bisa menjumpaimu walau hanya lewat suara. Sehari tanpa berita darimu, telah mampu membuatku pilu. Kau katakan tak mungkin lah kau lupa padaku, selama aku tak melupakanmu jagn harap kau bisa melupakan ku. Itu kata-katamu. Tapi bagaimana bisa melupakanmu, bila dalam tiap jengkal waktu yang ada hanya bayangmu selalu.(9j9)

Kadang kita terpana

Termyata sungguh sulit buat lepas dr bayang2mu. Dimanapun, kapanpun, bayangmu menghantui diriku. Hadirkan getar2 aneh di hati, yg membuatku linglung dan selalu resah. Seperti saat ini.....kapan sih aku boleh tlpon kamu....mgkn dg mendengar suaramu saja aku bsa jadi lebih tenang. Kapan sih............. kapan desir-desir aneh ini kan lepas dari hari-hariku..... tak tahu apa yg harus kulakukan dg situasi sperti ini.... benci aku..... benciiii, benciiiii terbelenggu rindu yang mengelisahkan ini. Mengapa aku harus terjerumus dlm situasi yang semacam ini.... situasi yang mengungkungku... membuatku lupa sgalanya.... merenggutku dari keseharianku.... merenggutku dari aktivitasku.... kapan sihhhhhhhhhh........... kapan aku boleh telpon kamu .......... buat kembalikan hari-hariku (7j9)